Ads block

Banner 728x90px

BAB II Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dengan Syu‘abul Iman


 


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.


1.1 Pengantar

Setiap manusia diciptakan Allah dengan tujuan yang mulia, yaitu beribadah dan mengabdi kepada-Nya semata. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang muslim harus memiliki dasar yang kuat, yaitu iman dan tauhid. Iman menjadi pondasi bagi seluruh amal perbuatan manusia, sedangkan tauhid adalah inti dari seluruh ajaran Islam.

1.2 Pengertian Iman

Secara bahasa, iman berasal dari kata amana–yu’minu–imānan yang berarti percaya, yakin, atau membenarkan. Secara istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, iman bukan hanya keyakinan dalam hati semata, tetapi harus disertai dengan pengucapan dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Hakikat Iman

Hakikat iman adalah keyakinan yang menuntun perilaku manusia untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Iman bersifat dinamis, dapat bertambah dengan amal saleh dan dapat berkurang dengan perbuatan maksiat. Oleh karena itu, setiap muslim perlu menjaga dan memperkuat imannya melalui pembelajaran, amal saleh, dan menjauhi kemaksiatan.


2.1 Pengertian Tauhid

Tauhid berasal dari kata wahhada–yuwahhidu–tawhīdan, yang berarti mengesakan. Dalam konteks akidah Islam, tauhid adalah mengesakan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan-Nya, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan.

2.2 Macam-Macam Tauhid

Para ulama membagi tauhid menjadi tiga bagian pokok:

Tauhid Rububiyah, yaitu meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara seluruh alam semesta.

Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah; hanya kepada Allah-lah seorang muslim menyembah dan berdoa.

Tauhid Asma’ wa Sifat, yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis, tanpa menyelewengkan, menyerupakan, atau meniadakannya.

2.3 Pentingnya Tauhid dalam Kehidupan

Tauhid merupakan pondasi utama keislaman seseorang. Tanpa tauhid, amal saleh yang dilakukan tidak akan diterima di sisi Allah. Tauhid juga menjadi pedoman hidup yang melahirkan keikhlasan, ketenangan batin, serta kesadaran bahwa seluruh kehidupan manusia berada di bawah kekuasaan Allah SWT.


3.1 Pengertian Syu‘abul Iman

Istilah Syu‘abul Iman berarti cabang-cabang iman. Berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang (bid‘un wa sab‘una syu‘bah), dan yang paling tinggi adalah ucapan Lā ilāha illallāh (tiada Tuhan selain Allah), sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan.

3.2 Tiga Aspek Utama Syu‘abul Iman

Ulama membagi cabang-cabang iman ke dalam tiga aspek besar:

Aspek Hati (I‘tiqādiyah) — mencakup keyakinan terhadap Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir.

Aspek Lisan (Qauliyah) — berupa pengucapan kalimat syahadat, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan amar ma’ruf nahi munkar.

Aspek Perbuatan (Amaliyah) — seperti melaksanakan salat, menunaikan zakat, menolong sesama, serta berakhlak mulia terhadap sesama makhluk.

3.3 Contoh Syu‘abul Iman dalam Kehidupan

Contoh nyata dari syu‘abul iman antara lain:

Mengucapkan Lā ilāha illallāh dengan penuh keyakinan.

Menjaga kebersihan dan menyingkirkan halangan dari jalan.

Menunaikan amanah dengan jujur.

Menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya.

Berbakti kepada orang tua serta berperilaku sopan.


4.1 Hubungan antara Tauhid dan Syu‘abul Iman

Tauhid adalah akar, sedangkan syu‘abul iman adalah cabangnya. Tidak mungkin seseorang dapat menumbuhkan cabang iman yang kuat tanpa memiliki akar tauhid yang kokoh. Dengan kata lain, tauhid menjadi dasar keyakinan, sementara syu‘abul iman menjadi manifestasi praktis dari keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata.

4.2 Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Sehari-Hari

Mewujudkan tauhid bukan hanya melalui ibadah ritual seperti salat dan puasa, tetapi juga melalui perilaku yang mencerminkan keimanan, seperti:

Menjaga kejujuran dalam setiap urusan.

Menolong orang yang membutuhkan tanpa pamrih.

Menghindari perbuatan syirik, riya, dan sombong.

Menjaga amanah dan tanggung jawab dalam pekerjaan atau studi.

Menumbuhkan rasa syukur atas nikmat Allah dengan mempergunakan nikmat itu untuk kebaikan.

4.3 Ketauhidan sebagai Sumber Akhlak Mulia

Seseorang yang bertauhid dengan benar akan memiliki akhlak yang mulia. Ia sadar bahwa segala perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Kesadaran ini melahirkan sifat-sifat terpuji seperti sabar, jujur, rendah hati, dermawan, dan amanah.


5.1 Refleksi Diri

Setiap muslim perlu melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap imannya. Apakah tauhidnya telah benar? Apakah cabang-cabang imannya tumbuh subur melalui amal saleh? Iman yang kuat akan memancar dalam sikap dan perilaku sehari-hari, sementara iman yang lemah akan tampak dari mudahnya seseorang berbuat dosa atau lalai terhadap kewajiban.

5.2 Upaya Memperkuat Iman dan Tauhid

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat iman dan tauhid antara lain:

Menuntut ilmu agama secara terus-menerus.

Memperbanyak membaca dan mentadabburi Al-Qur’an.

Mengikuti majelis ilmu dan berdzikir bersama.

Menjalin silaturahmi dan menjauhi pergaulan yang buruk.

Menjaga konsistensi ibadah harian seperti salat berjamaah dan sedekah.

5.3 Kesimpulan

Hakikat iman dan tauhid merupakan fondasi utama kehidupan seorang muslim. Syu‘abul iman menjadi bukti nyata dari keberadaan dan kekuatan iman tersebut. Dengan memahami dan mengamalkan tauhid serta cabang-cabang iman, seorang muslim akan menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar