Ads block

Banner 728x90px

BAB III Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya-Foya, Riya’, Sum‘ah, Takabbur, dan Hasad


 







1.1 Makna Hidup yang Penuh Manfaat

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang bahagia, bermakna, dan bermanfaat. Namun, kebahagiaan sejati dalam pandangan Islam tidak diukur dari banyaknya harta, jabatan, atau kemewahan, melainkan dari seberapa besar manfaat yang diberikan kepada orang lain. Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Hidup yang penuh manfaat berarti hidup yang digunakan untuk kebaikan — membantu sesama, menuntut ilmu, beribadah, dan menjauhi perbuatan yang sia-sia. Untuk mencapainya, seorang muslim harus menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela seperti berfoya-foya, riya’, sum‘ah, takabbur, dan hasad, yang dapat merusak nilai amal dan menjerumuskan pada dosa.

1.2 Menghindari Sifat Tercela sebagai Bentuk Ketakwaan

Islam mengajarkan keseimbangan dalam hidup. Kelebihan harta, ilmu, dan waktu bukan untuk disia-siakan, tetapi untuk digunakan dalam jalan Allah. Sifat-sifat tercela yang muncul dari hati seperti riya’ (pamer ibadah), sum‘ah (ingin dipuji), takabbur (sombong), hasad (iri dengki), dan berfoya-foya (hidup berlebihan) adalah penyakit hati yang menghapus keberkahan hidup.

Menjauhi sifat-sifat tersebut berarti berusaha menyucikan hati (tazkiyatun nafs), sehingga seseorang dapat menjalani hidup dengan ikhlas dan bermanfaat bagi sesama.


2.1 Pengertian Berfoya-Foya

Berfoya-foya berarti menghamburkan harta dan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Dalam Islam, hal ini dikenal dengan istilah israf (berlebihan) dan tabdzir (menghambur-hamburkan). Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ [17]: 26–27:

“...Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan...”

2.2 Dampak Negatif Berfoya-Foya

Perilaku berfoya-foya menumbuhkan sifat sombong, lalai terhadap kewajiban, dan membuat seseorang jauh dari rasa syukur. Selain itu, kebiasaan ini dapat menimbulkan ketimpangan sosial karena sebagian orang hidup dalam kemewahan sementara yang lain kekurangan.

Islam mendorong umatnya untuk hidup sederhana (qana‘ah) dan menggunakan harta secara bijak untuk kepentingan yang bermanfaat, seperti membantu orang miskin, menuntut ilmu, atau membangun fasilitas umum.

2.3 Cara Menghindari Berfoya-Foya

Membuat perencanaan keuangan dan menghindari pengeluaran tidak perlu.

Membiasakan diri bersedekah.

Mengingat bahwa semua harta akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Memperbanyak rasa syukur dan hidup sesuai kebutuhan, bukan keinginan.


3.1 Riya’: Pamer Amal Ibadah

Riya’ berarti melakukan amal ibadah dengan tujuan ingin dilihat manusia. Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya’.”
(HR. Ahmad)

Riya’ menghapus pahala amal karena niatnya tidak ikhlas. Allah hanya menerima amal yang dilakukan karena mengharap ridha-Nya, bukan karena ingin mendapat pujian manusia.

Cara menghindari riya’:

Meluruskan niat setiap kali beramal.

Tidak mengharapkan pujian manusia.

Menyadari bahwa pujian tidak menambah nilai di sisi Allah, dan celaan tidak mengurangi pahala amal.


3.2 Sum‘ah: Ingin Didengar dan Dipuji

Sum‘ah mirip dengan riya’, namun berbeda dalam bentuknya. Jika riya’ adalah ingin dilihat, sum‘ah adalah ingin didengar kebaikannya. Misalnya, seseorang sengaja menceritakan amalnya agar dianggap saleh.

Rasulullah bersabda:

“Barang siapa beramal karena ingin didengar (sum‘ah), maka Allah akan mempermalukannya pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Cara menghindari sum‘ah:

Menjaga kerahasiaan amal kebaikan.

Tidak menceritakan ibadah atau sedekah kecuali untuk memberi teladan, bukan mencari pujian.

Senantiasa berdoa agar amal diterima karena keikhlasan.


3.3 Takabbur: Sifat Sombong yang Membinasakan

Takabbur adalah merasa diri lebih baik, lebih tinggi, atau lebih berhak dari orang lain. Rasulullah bersabda:

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi.”
(HR. Muslim)

Sombong adalah penyakit hati yang membuat seseorang merendahkan orang lain dan menolak kebenaran. Iblis menjadi makhluk terlaknat karena kesombongannya terhadap Adam.

Cara menghindari takabbur:

Menyadari bahwa semua kelebihan adalah karunia Allah, bukan hasil usaha sendiri.

Menghargai orang lain tanpa memandang status sosial.

Membiasakan sikap rendah hati (tawadhu’) dalam pergaulan.


4.1 Pengertian Hasad

Hasad adalah rasa tidak senang terhadap nikmat yang dimiliki orang lain dan berharap nikmat itu hilang dari dirinya. Dalam QS. Al-Falaq [113]: 5 Allah berfirman:

“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”

Hasad timbul karena hati yang tidak bersyukur dan lemah iman. Orang yang hasad tidak akan tenang hidupnya karena selalu membandingkan diri dengan orang lain.

4.2 Dampak Buruk Hasad

Menghilangkan ketenangan dan kebahagiaan batin.

Menimbulkan kebencian dan permusuhan.

Menutup pintu rezeki dan keberkahan karena hati dipenuhi iri.
Rasulullah bersabda:

“Jauhilah hasad, karena hasad dapat memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud)

4.3 Cara Menghindari Hasad

Bersyukur atas nikmat yang dimiliki.

Mendoakan kebaikan untuk orang lain yang mendapat nikmat.

Menyadari bahwa rezeki setiap orang sudah ditetapkan oleh Allah.

Memupuk rasa empati dan kasih sayang.


4.4 Hidup Penuh Manfaat: Cermin Keimanan yang Sempurna

Orang yang mampu mengendalikan dirinya dari sifat berlebihan dan penyakit hati akan menjalani kehidupan yang penuh manfaat. Ia menggunakan waktu, harta, dan tenaganya untuk kebaikan. Ia tidak iri, tidak sombong, tidak pamer, dan tidak boros.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

Hidup bermanfaat berarti hidup dengan niat ikhlas, perbuatan yang membawa kebaikan, dan akhlak yang terpuji. Dengan demikian, hidup seorang muslim akan bernilai ibadah dan mendapat keberkahan dari Allah SWT.


4.5 Kesimpulan

Menjalani hidup penuh manfaat menuntut kita untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti berfoya-foya, riya’, sum‘ah, takabbur, dan hasad. Semua sifat ini berawal dari ketidakseimbangan hati dan lemahnya iman.

Dengan memperkuat tauhid, melatih keikhlasan, bersyukur, serta mengendalikan hawa nafsu, seorang muslim akan menjadi pribadi yang:

Hidup sederhana dan penuh syukur,

Ikhlas dalam beramal,

Rendah hati terhadap sesama,

Sabar dan lapang dada atas nikmat orang lain,

Dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Itulah jalan menuju hidup yang penuh berkah dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar