Ads block

Banner 728x90px

Bab V. Damaskus: Pusat Peradaban Timur Islam (661-750 M)


 


1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus

Setelah wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, sejarah Islam memasuki periode Dinasti Umayyah dengan pusat pemerintahan di Damaskus, Suriah, pada tahun 661 M. Bani Umayyah merupakan keluarga terkemuka Quraisy yang sebelumnya aktif dalam pemerintahan dan perniagaan. Mereka berhasil memusatkan kekuasaan politik dan mengembangkan struktur pemerintahan yang lebih stabil dibanding periode sebelumnya. Damaskus dipilih sebagai ibu kota karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan Timur-Barat dan Timur-Tengah, dekat dengan wilayah Mesir, Jazirah Arab, dan Persia, sehingga memudahkan kontrol politik dan ekspansi militer. Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus menandai awal kemunculan peradaban Islam Timur yang lebih terorganisir, dengan pemerintahan yang terstruktur, hukum yang diterapkan secara sistematis, serta sistem administrasi yang mampu mendukung kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat.

2. Kemajuan Peradaban Islam Masa Umayyah di Bidang Pemerintahan
Pada masa Bani Umayyah, sistem pemerintahan menjadi lebih terpusat dan efektif. Khalifah Umayyah bertindak sebagai kepala negara sekaligus kepala agama, memimpin administrasi, kebijakan luar negeri, dan sistem militer. Untuk mengatur wilayah yang luas, pemerintah membagi wilayah menjadi beberapa provinsi dengan gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada khalifah. Sistem pajak dan administrasi keuangan juga diperbaiki agar negara memiliki dana untuk pembangunan, militer, dan kesejahteraan rakyat. Struktur birokrasi yang dibentuk pada masa Umayyah menjadi cikal bakal sistem pemerintahan modern di wilayah Islam, di mana setiap kebijakan harus diadministrasikan secara tertulis dan terkontrol. Dengan adanya pemerintahan yang stabil, Damaskus mampu menjadi pusat kekuasaan dan simbol kemajuan politik Islam yang teratur dan efisien.

3. Kemajuan Peradaban Islam Masa Umayyah dalam Bidang Hukum dan Sosial
Di bidang hukum, Bani Umayyah menerapkan hukum Islam (syariah) secara lebih sistematis, sambil menyesuaikan beberapa peraturan dengan kondisi sosial masyarakat yang beragam. Qadhi atau hakim diberi wewenang untuk menegakkan keadilan, menyelesaikan perselisihan, dan mengawasi penerapan hukum di setiap wilayah. Hal ini menciptakan masyarakat yang lebih tertib dan aman. Secara sosial, Bani Umayyah mengembangkan struktur masyarakat yang memungkinkan keragaman etnis dan agama tetap hidup berdampingan. Masyarakat non-Muslim tetap diberi hak hidup dan beribadah selama membayar jizyah, sedangkan warga Muslim berperan aktif dalam pemerintahan, militer, dan perdagangan. Sistem sosial ini menunjukkan kematangan peradaban Islam dalam mengelola kehidupan masyarakat yang multikultural dan menjaga stabilitas sosial.

4. Kemajuan Peradaban Islam Masa Umayyah dalam Bidang Ekonomi
Damaskus sebagai pusat perdagangan berkembang pesat karena lokasinya strategis di jalur perdagangan Timur-Barat. Masa pemerintahan Bani Umayyah ditandai dengan peningkatan kegiatan perdagangan, pertanian, dan industri kerajinan. Pasar-pasar (suq) menjadi pusat interaksi ekonomi yang dinamis, mempertemukan pedagang dari berbagai wilayah. Peningkatan produksi pertanian, pengelolaan irigasi, dan pengenalan mata uang Islam standar (dinar dan dirham) memperkuat ekonomi negara. Keberhasilan ekonomi ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi juga memperkuat posisi Damaskus sebagai pusat peradaban dan jalur perdagangan penting bagi wilayah Timur Islam.

5. Kemajuan Peradaban Islam Masa Umayyah dalam Bidang Keagamaan dan Pendidikan
Di bidang keagamaan, Bani Umayyah membangun masjid-masjid besar sebagai pusat ibadah dan pendidikan, salah satunya adalah Masjid Umayyah di Damaskus, yang menjadi simbol kebesaran Islam pada masa itu. Masjid juga berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Qur’an, ilmu fiqih, dan pengembangan akhlak umat. Pendidikan pada masa Umayyah diarahkan untuk mendidik generasi yang menguasai ilmu agama sekaligus administrasi negara, sehingga tercipta generasi yang mampu memimpin dan mempertahankan kejayaan Islam. Selain itu, Bani Umayyah mempromosikan penerjemahan karya-karya ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani, Persia, dan India ke bahasa Arab, sehingga menjadi fondasi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Dengan demikian, Damaskus tidak hanya menjadi pusat politik, tetapi juga pusat intelektual dan spiritual yang memperkuat identitas peradaban Islam Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar