Ads block

Banner 728x90px

BAB VIII Menghindari Akhlak Madzmumah dan Membiasakan Akhlak Mahmudah agar Hidup Nyaman dan Berkah


 




3.1 Pengertian Akhlak Madzmumah dan Akhlak Mahmudah

Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti perangai, tabiat, atau kebiasaan. Dalam Islam, akhlak merupakan cerminan dari iman dan ibadah seseorang. Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak madzmumah dan akhlak mahmudah.

Akhlak madzmumah adalah sifat-sifat buruk yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya karena dapat merusak diri sendiri, hubungan dengan sesama, dan hubungan dengan Allah. Contohnya seperti iri, sombong, riya’, bohong, dan khianat. Akhlak madzmumah menjerumuskan seseorang ke dalam kehinaan moral dan menjauhkan dari rahmat Allah.

Sebaliknya, akhlak mahmudah adalah sifat-sifat terpuji yang mencerminkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, seperti sabar, jujur, amanah, rendah hati, dan dermawan. Akhlak mahmudah menjadi tanda kemuliaan seseorang di hadapan Allah dan manusia. Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya yang paling sempurna imannya di antara orang-orang beriman adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi)

Dengan demikian, seorang muslim sejati harus berusaha menjauhi akhlak madzmumah dan membiasakan diri dengan akhlak mahmudah agar hidupnya penuh ketenangan, keberkahan, dan dihormati oleh sesama.


3.2 Macam-macam Akhlak Madzmumah (Sifat Tercela)

Akhlak madzmumah adalah kebiasaan buruk yang lahir dari hati yang tidak bersih dan kurangnya kesadaran terhadap Allah SWT. Berikut beberapa contohnya:

a. Hasad (Iri dan Dengki)

Hasad berarti merasa tidak senang atas nikmat yang dimiliki orang lain dan berharap nikmat itu hilang dari mereka. Sifat ini muncul karena hati yang dipenuhi kebencian dan kurangnya rasa syukur. Allah SWT berfirman:

“Apakah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah diberikan Allah kepada mereka?”
(QS. An-Nisa’ [4]: 54)

Hasad menghancurkan persaudaraan, menimbulkan kebencian, dan menjauhkan seseorang dari ketenangan hati. Rasulullah bersabda:

“Janganlah kamu saling mendengki, karena dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”
(HR. Abu Dawud)

Obat dari hasad adalah bersyukur atas nikmat sendiri dan mendoakan kebaikan bagi orang lain.


b. Riya’ (Pamer Amal)

Riya’ adalah melakukan amal ibadah bukan karena Allah, tetapi untuk dilihat dan dipuji orang lain. Amal yang disertai riya’ tidak diterima oleh Allah karena tercampur dengan niat duniawi. Rasulullah menyebut riya’ sebagai syirik kecil karena menodai kemurnian tauhid.

Allah SWT berfirman:

“Maka celakalah orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, yang berbuat riya’.”
(QS. Al-Ma’un [107]: 4–6)

Untuk menghindari riya’, seorang muslim harus selalu meluruskan niat, hanya mengharap ridha Allah, dan tidak peduli pada pujian atau celaan manusia.


c. Takabbur (Sombong)

Takabbur berarti merasa lebih tinggi dari orang lain, baik karena harta, ilmu, kedudukan, maupun keturunan. Kesombongan membuat seseorang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. An-Nisa’ [4]: 36)

Iblis adalah makhluk pertama yang sombong ketika menolak sujud kepada Nabi Adam, sehingga dikutuk oleh Allah. Kesombongan menutup hati dari kebenaran. Untuk menghindarinya, kita harus menyadari bahwa semua kelebihan adalah pemberian Allah dan bisa hilang kapan saja.


d. Ghibah dan Namimah (Menggunjing dan Mengadu Domba)

Ghibah berarti membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuannya, walaupun benar. Sedangkan namimah adalah mengadu domba agar menimbulkan permusuhan.

Allah SWT menggambarkan ghibah dengan perumpamaan yang sangat keras:

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.”
(QS. Al-Hujurat [49]: 12)

Kedua perbuatan ini merusak persaudaraan dan menimbulkan dosa besar. Cara menghindarinya adalah menjaga lisan, berpikir positif (husnuzan), dan lebih banyak berzikir daripada membicarakan keburukan orang lain.


e. Bohong dan Khianat

Bohong adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan, sedangkan khianat berarti tidak menepati janji atau mengingkari amanah. Kedua sifat ini sangat dibenci dalam Islam. Rasulullah bersabda:

“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang suka berbohong akan kehilangan kepercayaan, sedangkan pengkhianat akan dijauhi oleh masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim harus menjaga integritas dan kejujuran dalam setiap urusan, sekecil apa pun.


3.3 Macam-macam Akhlak Mahmudah (Sifat Terpuji)

Sebaliknya, akhlak mahmudah adalah sifat-sifat terpuji yang menunjukkan keimanan dan kemuliaan hati. Berikut beberapa di antaranya:

a. Sabar

Sabar berarti menahan diri dari keluh kesah, tetap tegar dalam menghadapi ujian, dan taat kepada Allah dalam segala keadaan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 153)

Sabar adalah kunci keberhasilan hidup. Orang sabar tidak mudah menyerah, mampu mengendalikan emosi, dan selalu optimis menghadapi cobaan.


b. Jujur

Jujur (shidq) adalah berkata dan bertindak sesuai kenyataan. Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kejujuran membentuk kepercayaan, menciptakan ketenangan hati, dan menjadi dasar semua akhlak mulia. Orang yang jujur akan dihormati oleh Allah dan manusia.


c. Amanah

Amanah berarti dapat dipercaya dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.”
(QS. An-Nisa’ [4]: 58)

Amanah mencakup tanggung jawab terhadap harta, jabatan, ilmu, dan rahasia orang lain. Orang yang memegang amanah akan dipercaya dan dihormati di mana pun ia berada.


d. Rendah Hati (Tawadhu’)

Tawadhu’ adalah sikap tidak sombong, meskipun memiliki kelebihan. Orang yang rendah hati menghargai orang lain dan mengakui bahwa semua kebaikan datang dari Allah. Rasulullah bersabda:

“Tidak akan berkurang harta karena bersedekah, dan Allah tidak menambah bagi seorang hamba kecuali kemuliaan karena ia rendah hati.”
(HR. Muslim)

Tawadhu’ menjauhkan kita dari kesombongan dan menjadikan kita disukai oleh banyak orang.


e. Dermawan dan Pemaaf

Dermawan berarti suka berbagi kepada sesama, baik dengan harta, tenaga, maupun ilmu. Sedangkan pemaaf adalah kemampuan memaafkan kesalahan orang lain tanpa dendam. Allah SWT berfirman:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu... orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.”
(QS. Ali Imran [3]: 133–134)

Sifat dermawan dan pemaaf menjadikan hati bersih, mempererat silaturahmi, dan mengundang keberkahan hidup.


3.4 Manfaat Akhlak Mahmudah bagi Kehidupan

Akhlak mahmudah membawa manfaat besar bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Seseorang yang memiliki akhlak baik akan hidup tenang, dihormati, dan dicintai oleh banyak orang. Akhlak mulia menumbuhkan kepercayaan, mempererat persaudaraan, serta menghindarkan dari permusuhan.

Dalam kehidupan sosial, orang berakhlak baik menjadi teladan yang menginspirasi. Dalam dunia kerja, kejujuran, amanah, dan tanggung jawab menjadi kunci kesuksesan. Sementara dalam kehidupan beragama, akhlak mahmudah memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)

Dengan memiliki akhlak mahmudah, manusia tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga bahagia di akhirat.


3.5 Cara Membiasakan Akhlak Mahmudah Sejak Dini

Akhlak tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi harus dibentuk dan dibiasakan sejak dini. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

Menanamkan nilai-nilai keimanan sejak kecil, agar hati selalu merasa diawasi Allah SWT.

Meneladani akhlak Rasulullah , yang menjadi contoh terbaik dalam bersikap dan berbuat.

Membiasakan berkata jujur dan berbuat baik, sekecil apa pun, karena kebiasaan akan membentuk karakter.

Menjaga pergaulan agar tidak terpengaruh oleh lingkungan yang buruk.

Mengendalikan hawa nafsu dengan berzikir, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Menghargai waktu dan menepati janji, karena disiplin juga bagian dari akhlak mulia.

Jika seseorang membiasakan akhlak mahmudah dalam kesehariannya, maka hidupnya akan menjadi lebih nyaman, berkah, dan diridhai Allah SWT.


🌸 Kesimpulan

Akhlak madzmumah adalah sumber kerusakan hati dan masyarakat, sedangkan akhlak mahmudah adalah kunci kebahagiaan dan keberkahan. Setiap muslim harus berusaha menjauhi sifat-sifat tercela seperti iri, sombong, riya’, bohong, dan khianat, serta menumbuhkan sifat-sifat terpuji seperti sabar, jujur, amanah, rendah hati, dermawan, dan pemaaf. Dengan akhlak yang baik, seseorang akan hidup damai, dicintai oleh sesama, dan mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar